Rabu, 20 Agustus 2014

Proposal PTK Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Alhamdulillah setelah melalui perjuangan yang berliku-liku, akhirnya di ACC juga PROPOSAL PTKku


PROPOSAL PENELITIAN


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK)  MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW)
DI MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015



Oleh
H U L A I M I
NIM: 15.1.13.11.0.032








FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM (IAIN)
MATARAM
2014

DAFTAR ISI

Halaman sampul ....................................................................................................... i
Halaman judul.......................................................................................................... ii
Persetujuan pembimbing......................................................................................... iii
Daftar isi................................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.       Sasaran Tindakan ............................................................................................. 7
C.       Rumusan Masalah............................................................................................. 7
D.      Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
E.       Manfaat Penelitian............................................................................................ 7
1.         Secara Teoritis ........................................................................................... 8
2.         Secara Praktis ............................................................................................ 8
BAB III. KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar ................................................... 9
1.      Pengertian Belajar ....................................................................................... 9
2.      Pengertian Hasil Belajar ............................................................................ 11
3.      Macam-macam Hasil Belajar...................................................................... 12
4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................................... 17
B.  Ciri-ciri Khusus Mahkluk Hidup ...................................................................... 23
1.      Kelelawar.................................................................................................... 23
2.      Cecak........................................................................................................... 27
3.      Bebek ......................................................................................................... 30
C.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.................................................... 32
1.      Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw........................... 32
2.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............... 34
3.      Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw               35
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 36
A.    Setting Penelitian ............................................................................................ 36
B.     Sasaran Penelitian ........................................................................................... 37
C.     Rencana Tindakan ........................................................................................... 38
D.    Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya ...................................................... 43
E.     Pelaksanaan Tindakan ..................................................................................... 47
F.      Cara Pengamatan............................................................................................. 48
G.    Analisis Data dan Refleksi .............................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tujuan setiap bangsa dalam menghadapi tantangan kemajuan zaman. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting kaitannya dengan upaya meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi, bergantung, dan berguna untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan tersebut akan terimplementasikan dalam proses pembelajaran, yaitu aktivitas belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Berdasarkan hal di atas madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar harus memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas-kelas awal. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar ini tidak dapat ditunda-tunda lagi terutama dalam peningkatan mutu proses pembelajaran pendidikan dasar di era globalisasi. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan dasar yang tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana sosialisasi anak didik, melainkan sejak dini sudah harus menumbuhkan secara potensial menusia Indonesia yang kelak mampu menjadi agen pembaharuan. Fungsi pendidikan dasar tidak semata-mata menjadikan keluarannya melek huruf dalam arti melek teknologi dan melek pikir.
Sesuai dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di sekolah dasar menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru perlu memahami tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Amstrong dalam Sudjana dinyatakan bahwa guru mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses pembelajaran, 2) dalam memberikan bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan kurikulum, 4) dalam mengembangkan profesi, dan 5) membina hubungan dengan masyarakat[2].
Mata Pelajaran IPA di MI merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada MI, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.[3]
Guru seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas. Terjadinya komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi berprestasi, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Proses pembelajaran IPA yang diterapkan di madrasah ibtidaiyah siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa pada akhirnya akan menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada hasil belajar yang rendah. Untuk menciptakan suasana agar siswa lebih aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi pengajaran yang diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar. Selain itu diupayakan suatu model yang mengarah pada pengembangan berfikir logis, sikap yang kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan.
Mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model pembelajaran yang tepat dan pengorganisasian materi yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif, sehingga dalam proses belajar dan perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada siswa yang belajar. Oleh karena itu guru harus dapat menggunakan berbagai macam model dan pengorganisasian materi dengan tepat. Model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Isjoni menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan.[4] Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam model salah satunya adalah model jigsaw.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.[5] Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai terhadap kemampuan masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Sejalan dengan itu pendekatan Jigsaw di madrasah ibtidaiyah kiranya merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar/kompetensi belajar merupakan hasil dari suatu usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar pembelajaran. Hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jika dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh untuk kompetensi dasar ciri khusus makhluk hidup pada Tahun 2013/2014 yang lalu ketuntasan hasil belajar kelas VI baru 30% dari jumlah siswa. Lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais untuk KD 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 2013/2014[6]

No
Nama
KKM
NILAI KOMPETENSI DASAR 1
Tugas
Ulang-an
Nilai KD
Ketuntas- an
Tindak Lanjut
1
Anisa
70
60
80
70
Tuntas
Pengayaan
2
Bustomi
70
57
60
58.5
Belum Tuntas
Perbaikan
3
Hadid Karim
70
60
70
65
Belum Tuntas
Perbaikan
4
Haerul Wardi
70
60
70
65
Belum Tuntas
Perbaikan
5
Hendri Kuswara
70
65
80
72.5
Tuntas
Pengayaan
6
Ihsan Nurdin
70
65
70
67.5
Belum Tuntas
Perbaikan
7
Mahdan Hawari
70
55
70
62.5
Belum Tuntas
Perbaikan
8
Masyittoh Syahda F.S
70
70
80
75
Tuntas
Pengayaan
9
Suni Hartati
70
60
70
65
Belum Tuntas
Perbaikan
10
Muhamad Fazri
70
50
60
55
Belum Tuntas
Perbaikan

Jumlah yang tuntas
3


Jumlah yang belum tuntas
7


Persentase Ketuntatasan
30%


Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa ketuntasan secara klasikal masih rendah yaitu mencapai 30% dari dari KKM yang telah di tentukan yaitu 70 untuk KD. Ciri khusus makhluk hidup. Berdasarkan realita ini, peneliti memandang masalah ini perlu diselesaikan. Dengan harapan  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul Khair NW Bertais dapat meningkat. Dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan Bebek)  Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais  Tahun Pelajaran 2014/2015".
B.     Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais yang berjumlah 17 orang dengan perincian siswa perempuan sebanyak 9 orang dan Siswa laki-laki sebanyak 8 orang.
C.  Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah berupa “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan bebek) di Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015?”
D.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
E.  Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.
2.      Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat bagi siswa, guru dan madrasah. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a.       Bagi siswa,  penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
b.      Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di bidangnya.
c.       Bagi Madrasah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk mengembangkan strategi pembelajaran di  Madrasah yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar
1.      Pengertian Belajar
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”[1].  Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu  banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. hingga dalam al-Qur’an surat Al-Mujadallah ayat 11 dinyatakan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz .  
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[2]

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakterstik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.[3] 
Belajar adalah suatu yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang [4]. Menurut Slameto yang dikatakan belajar merupakan  proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[5]
Perubahan dalam belajar bisa berbentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi (penerimaan atau pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya.
Menurut Gagne belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan menurut Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka panjang waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester mengemukakan bahwa belajar ialah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap, belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.[6] 
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berlangsung relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar mempunyai tujuan agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga semakin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik perubahan tingkah laku yang diperoleh.
2.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel).[7] Jadi, hasil belajar merupakan perubahan pemahaman, pengetahuan dan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
3.      Macam-macam Hasil Belajar
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor,sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektf.
Menurut Bloom dalam Sudjana dikatakan bahwa secara garis besar karakteristik hasil belajar membaginya menjadi tiga ranah, yakni : Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.[8]
a.      Domain Kognitif (Cognitive Domain)
Domain ini berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual lebih sederhana, yakni mengingat sampai kepada kemampuan memecahkan masalah yang menurut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari. Aspek kognitif terdiri dari enam tingakatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu:
1)      Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.
2)      Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3)      Tingkat penerapan (application), penerapan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasikan, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.
5)      Tingkat sintesis (syntesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6)      Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
b.      Domain Afektif
Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan yaitu :
1)      Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Kata kerja operasioanl yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
2)      Responding atau jawaban, yaitu jenjang kemampuan yang menurut siswa yang tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi. Penekanannya terletak pada kemauan siswa untuk menjawab secara suka rela, menjawab tanpa ditugaskan.  Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, member nama, menunjukkan, mempraktekkan, melaporkan, menuliskan, memberitahu.
3)      Valuing (penilaian) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.
4)      Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah dan membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
5)      Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu menggunakan nilai yang sudah diyakini sebagai pandangan hidup (worldview) dan mempertahankan nilai yang sudah ada.
c.       Domain Psikomotoris
Domain psikomotirs yaitu kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan tubuh dan bagian-bagianny, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
1)      Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menampilkan, menggerakkan.
2)      Manipulatioan of material or objects, yang meliputi : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
3)      Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memasang, menarik, memotong dan menggunakan.
Selanjutnya Yamin dalam Djuwita mengklasifikasikan domain psikomotor menjadi empat kelompok sebagai berikut : [9]
Gerakan seluruh badan (gross body movement), yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. Contoh : senam mengikuti irama musik.
a)      Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements), ialah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. Contoh : menyetir, berenang.
b)      Komunikasi nonverbal (nonverbal communication), yaitu hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang menggunakan symbol-simbol atau isyarat (anggukan kepala, ekspresi wajah). Contoh : mengirim kode-kode dengan jari tangan.
c)      Kebolehan dalam berbicara (speech behavior), ialah kemampuan berbicara yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya termasuk ekspresi muka. Misalnya : membaca deklamasi atau sajak.

4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1)        Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
(a)   Kecerdasan/intelegensi
Camplin memberikan pengertian intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari  tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.[10]
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi rendah.
(b)   Bakat
Faktor psikilogis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat.secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang, berkaitan dengan belajar, bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.[11]
(c)   Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[12] Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
(d)  Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.[13]
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2)     Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.[14]
(a)  Keadaan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif,  karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
(b)     Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono mengemukakan guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.
Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
(c)      Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
B.     Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup
1.      Kelelawar
Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Untuk dapat terbang dengan arah yang benar, kelelawar menggunakan sistem sonar. Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi (bunyi ultrasonik) sebanyak  mungkin. Kemudian, ia mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan indra pendengarannya. Dengan cara itu, kelelawar dapat mengetahui letak suatu benda dengan tepat, sehingga kelelawar mampu terbang dalam keadaan gelap tanpa menabrak benda-benda di sekitarnya.
Kemampuan kelelawar mengetahui lingkungan sekitarnya dengan menggunakan sistem sonar dikenal dengan istilah ekolokasi. Ciri khusus lain dari kelelawar adalah kemampuan terbangnya. Hewan mamalia ini dapat terbang karena memiliki selaput kulit yang tipis terdapat di antara tulang lengannya. Ciri lain yang dimiliki hewan ini, yaitu posisi tidur pada siang hari dengan cara menggantung dan posisi badan yang terbalik.[15]
Dilihat dari makanannya terdapat beberapa jenis kelelawar antara lain :
1.      Kelelawar pemakan buah
Gambar 2.1. Kelelawar Pemakan Buah.[16]
2.      Kelelawar pemakan serangga
ANd9GcRjEPN8rnOsz_fcEBk7gxa3_NnRnPbekIe8u5o8AqCEmPWhNrU8pQ
Gambar 2.2. Kelelawar Pemakan Serangga.[17]
3.      Kelelawar penghisap darah
Gambar 2.3. Kelelawar Penghisap Darah.[18]
Adapun  Ciri khusus yang dimiliki kelelawar adalah :
1.      Memiliki kemampuan ekolokasi yaitu mampu menggunakan gelombang bunyi (sonar) untuk mendeteksi keadaan disekitarnya.
kelelawar+2
Gambar 2.4. Animasi Penggunaan System Sonar.[19]
2.      Ciri lain tentang kelelawar :
a)      Kelelawar termasuk hewan jenis  mamalia yang dapat terbang
b)      Kelelawar mencari makan pada malam hari dan tidur pada siang hari dengan posisi kepala di bawah
kelelawar
Gambar 2.5. Kelelawar Tidur di Siang Hari.[20]
c)      Kelelawar memiliki indra pembau dan pendengaran yang tajam
d)     Kelelawar mampu mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi (bunyi utrasonik).[21]
2.      Cecak
Cecak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cicak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cicak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.
CICAK
Gambar 2.6. Cecak.
Cecak termasuk hewan melata. Cicak dapat merayap di dinding tanpa terpeleset. Hal ini karena cicak memiliki ciri khusus. Apa ciri khusus cicak? Berikut ini beberapa ciri-ciri khusus cicak:
1.      Cicak memiliki telapak kaki dengan sistem perekat. Sistem perekat ini dibangun oleh telapak kaki yang beralur pararel. Dengan alur yang dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan kakinya di dinding dan berjalan tanpa terpeleset.
kaki+ciri+khusus+cicak
Gambar 2.7. Bentuk Kaki Cecak.
2.      Ciri khusus cicak yang lain adalah kemampuan memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan ekor yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri.
Gambar 2.8. Cecak Memutuskan Ekornya.
3.      Ciri khusus lainya pada hewan cicak adalah untuk memperoleh makanan, cicak memiliki lidah yang panjang dan lengket. Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang.
Gambar 2.9. Cecak Memutuskan Menangkap Mangsa.
Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh.
Berikut ini 4 jenis cicak, yaitu:
1.      Cecak tembok yang memiliki bahasa latin Cosymbotus platyurus, yaitu cicak yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan sela-sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di belakang kaki.
2.      Cecak kayu yang memiliki bahasa latin Hemidactylus frenatus, yaitu cicak yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap. Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh makanan.
3.      Cecak gula atau nama latinnya Gehyra mutilata, yaitu cicak yang memiliki tubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita.
4.      Cecak batu memiliki nama latin Cyrtodactylus marmoratus.[22]
4.      Bebek
Hewan ini memiliki berbagai ciri khusus yang disesuaikan dengan tempat tinggalnya. Bebek hidup di darat, namun untuk mencari makan, bebek biasanya berada di air. Adapun ciri khusus yang dimiliki bebek untuk mencari makan berupa paruh yang agak panjang dan lebar pada bagian ujungnya.
Gambar 2.10. Bebek.
Bebek mencari makan di air, baik kolam atau danau yang dangkal. Agar tubuhnya tidak basah jika terkena air, bulu bebek dilapisi oleh minyak. Dengan demikian, pada saat bebek sampai di darat ia hanya tinggal mengibas-ngibaskan badannya dan air yang menempel di tubuhnya keluar. Jika bulu tubuhnya tidak dilapisi oleh minyak, air yang menempel akan terus menyerap ke dalam bulu tubuh bebek.
Gambar 2.11. Bentuk Kaki Bebek Yang Berselaput.
Selain lapisan minyak pada tubuh bebek, hewan ini mempunyai ciri khusus berupa kaki yang berselaput di antara jari kakinya. Jika kita perhatikan, bebek dapat berenang di air karena kakinya memiliki semacam selaput renang.[23]
5.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif ( Tipe Jigsaw )
1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)
Menurut Isjoni,[24] Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.  Dimana model pembelajaran ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,  yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Sebagai model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Davidson dan Warsham (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu, pembelajaran kooperatif didasarkan kepada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial. [25]
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni[26], yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Jadi, pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw itu sendiri merupakan model yang menerapkan metode diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai dengan  karakteristik materi. Kelompok ini disebut kelompok asal yang pada awalnya masing-masing anggota kelompoknya bekerja secara individual sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk kelompok ahli. Setiap siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan. Kelompok ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal.
2.      Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut :
1.    Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota tim.
2.    Tiap orang dalam tim diberi bagian/tugas untuk mengerjakan materi yang berbeda.
3.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4.    Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab (materi) yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab (materi) mereka.
5.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab/materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.    Guru memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).
8.    Penutup.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Sedangkan guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
3.      Kelabihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
1.      Kelebihan model pembelajaran Jigsaw
1.      Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.
2.      Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
3.      Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.
4.      Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
2.      Kekurangan
1.      Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
2.      Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok  membutuhkan penanganan yang berbeda.[27]

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Setting  Penelitian
Berdasarkan penjelasan di buku pedoman penyusunan skripsi dikemukakan bahwa bagian setting penelitian menjelaskan tentang lokasi penelitian dan gambaran kelompok siswa atau subyek yang akan dikenai tindakan.[1] Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di Mambaul Khair NW Bertais yang beralamatkan di Jl. Sandubaya No. 36 B Kelurahan Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Subyek penelitian yang akan dikenai tindakan adalah kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang siswa. Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 selama 2 (dua) bulan, dari bulan Agustus sampai September tahun 2014. Yang akan menjadi objek dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek).
Penentuan lokasi penelitian tersebut berangkat dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal bulan juni 2014 (penjelasan terkait hal tertera di Bab I bagian latar belakang). Sesuai dengan masalah yang ditemukan dari studi pendahuluan tersebut dan penjelasan pada paragraph di atas, penelitian ini mengambil judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek)  Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI Mambaul Khair Nw Bertais  Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Susilo  mendifinisikan PTK sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi,kompetensi atau situasi pembelajaran. Tim Pelatih Proyek PGSM mengemukakan bahwa PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektuf oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran tersebut berlangsung.[2]

B.     Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian yang dimaksud di sini adalah perubahan apa yang diinginkan dari subjek yang akan dikenai tindakan. Sasaran penelitian dapat juga diartikan sebagai target yang diharapkan.[3] Sesuai dengan penjelasan di atas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais. Nantinya, pada diri mereka diharapkan terjadi suatu perubahan positif yaitu adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek). Upaya peningkatan hasil belajar yang dimaksud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).

C.    Rencana Tindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika siklus I tidak tuntas, akan dilanjutkan dengan siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini rencananya menggunakan prosedur yang digunakan oleh Kurt Lewin sebagaimana berikut ini.[4]

Identifikasi
Masalah
Perencanaan
(planning)
Refleksi
(reflecting)
Tindakan
(acting)
Observasi
(observing)
Perencanaan
ulang
Siklus I
Siklus II
 










  dst
Gambar 3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin


Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:
1.      Siklus I
a.      Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan ini yaitu:
1)     Mengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
2)     Peneliti akan menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan kepada guru dan teman-teman yang berpartisipasi sebagai observer dalam pembelajaran dengan menggunakan metode dimaksud.
3)     Peneliti juga akan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materinya.
4)     Menyiapkan lembar tugas untuk kelompok inti dan kelompok tim ahli yang akan di pakai untuk melakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw)
5)     Menyusun format-format instrumen penelitian meliputi pedoman observasi, tes hasil belajar, pedoman wawancara, serta alat atau bahan dokumentasi yang diperlukan.
6)     Menyusun  tes formatif I.


b.       Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dengan skenario yang telah disusun berdasarkan tahap perencanaan, serta melaksanakan observasi selama proses pembelajaran. Setiap siklus atau satu kali pertemuan terdiri dari 4 jam pelajaran (4x35 menit).

c.       Observasi
Observer adalah pengamat kegiatan. Yang akan dijadikan observer dalam penelitian ini adalah rekan guru yang lain, yang mana tugasnya adalah menilai keterlaksanaan pembelajaran.  Peneliti bersama observer juga akan menganalisis hasil observasi sebelumnya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pengamatan akan difokuskan pada:
1.      Aktivitas siswa, terdiri beberapa komponen yaitu: kehadiran siswa, keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran, keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, partisipasi dalam kelompok, kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
2.      Perfomansi guru dalam proses belajar mengajar, terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a.       Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran.
1)      Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
2)      Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran, dan sumber belajar pada model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
3)      Merencanakan skenario kegiatan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
4)      Merancang perencanaan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
5)      Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian.
6)      Tampilan dokumen rencana pembelajaran.
b.      Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
(1)   Kegiatan Awal; keterampilan membuka pelajaran.
(2)   Kegiatan Inti Pembelajaran
a)      Keterampilan mengelola ruang dan fasilitas belajar pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
b)      Keterampilan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
c)      Keterampilan mengelola interaksi kelas pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
d)     Keterampilan bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar.
e)      Keterampilan mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran IPA.
f)       Keterampilan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar.
g)      Keterampilan umum kinerja guru/calon guru.
(2) Kegiatan Penutup
a.       Keterampilan mengevaluasi pembelajaran
b.      Keterampilan menutup pembelajaran.
d.      Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan untuk menentukan intensitas keberhasilan penggunaan model pembelajaran dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat keberhasilannya, berikut mencari solusinya. Dalam hal ini refleksi juga bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dan guru observer lainnya juga akan berperan memberikan masukan kepada peneliti agar proses pembelajaran pada siklus selanjutnya lebih baik lagi.
Tahap ini akan digunakan sebagai proses menganlisis acuan bagi peneliti untuk merencanakan siklus selanjutnya. Apabila gagal, maka siklus tersebut dilanjutkan ke siklus kedua dengan catatan kesalahan yang telah ada harus diperbaiki pada tindakan berikutnya. Adanya penerapan dua siklus ini bertujuan agar data yang diperoleh objektif dan dapat dipercaya.

2.    Siklus II
Pada dasarnya pelaksanaan siklus I, dan II adalah sama. Perbedaannya pada siklus II merupakan penyempurnaan pada siklus sebelumnya berdasarkan hasil refleksi.[5]

D.    Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.[6] Jadi instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah pengumpulan data. Dalam penelitian ini berikut jenis instrumen yang akan digunakan:
1.      Pedoman Observasi
Observasi adalah suatu metode dalam mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap benda mati atau kegiatan/proses secara langsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan saran, perlombaan sepak bola, keadaan sarana prasarana sekolah, dan lain-lain.[7]
Adapun metode observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi terstruktur, yaitu jenis observasi yang sudah mempunyai rancangan secara sistematis tentang hal-hal yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Dengan kata lain, dalam proses pengamatan peneliti akan menggunakan instrumen observasi yang telah teruji validitas dan reliabelitasnya. Tentunya instrumen observasi dalam penelitian ini diorientasikan untuk menggali data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais. Tahun Pelajaran 2014/2015 atau keterlaksanaan RPP, aktivitas belajar siswa, keadaan madrasah, baik dari segi letak geografis, keadaan sehari-hari, maupun keadaan sarana prasarana yang dimiliki.
2.      Tes Hasil Belajar
Salah satu tujuan dari pemberian tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk tujuan tersebut maka instrumen atau alat ayang akan digunakan untuk dapat mengukur intensitas peningkatan hasil belajar adalah tes kemampuan hasil belajar. Tes kemampuan hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar.[8]  Tes hasil belajar akan diberikan sebelum dan setelah siswa mempelajari materi dalam setiap siklusnya melalui pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
3.      Pedoman Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pendukung dalam penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha mendapatkan data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.[9] Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan metode dokumentasi dalam penelitian adalah metode dalam pengumpulan data yang data-datanya didapatkan dari keterangan atau catatan penting yang berupa tulisan atau dokumen.
Dibandingkan dengan metode lainnya, maka metode ini tidak terlalu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dalam proses dokumentasi, peneliti akan menggunakan instrumen dokumentasi yang di dalamnya terdapat hal-hal yang akan didokumentasi. Instrumen dokumentasi berguna sebagai pedoman bagi peneliti dalam melakukan dokumentasi agar tidak ada hal yang terlupakan untuk didokumentasikan. Setiap hal yang sudah didokumentasi diberi check list, agar informasi yang ingin peneliti dokumentasikan tidak ada yang terlupakan.
Penggunaan metode dokumentasi untuk memperoleh data yang belum diperoleh melalui wawancara dan observasi. Adapun data-data yang akan didokumentasikan terkait dengan penelitian ini adalah proses penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.      Pedoman Wawancara
Secara umum wawancara dapat diartikan sebagai proses dialogis atau tukar menukar informasi antara dua atau lebih yang dilakukan secara langsung (tatap muka) dan membicarakan satu topik atau lebih dengan atau tanpa tujuan tertentu. Namun dalam konteks penelitian ilmiah, wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis untuk tujuan penelitian yang dilakukan secara lisan (interaksi tanya-jawab), bertemu langsung dan bersifat dialogis antara dua orang atau lebih, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik.[10] 
Dilihat dari variannya wawancara dapat dibedakan menjadi beberapa varian, misalnya wawancara terstruktur, wawancara semi tersetruktur (wawancara menggunakan petunjuk umum wawancara), wawancara tidak berstruktur. Khusus dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan wawancara yang tidak berstruktur (wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara). Jenis wawancara ini adalah wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.[11] Dalam hal ini, pedoman wawancara berisi informasi-informasi yang sesuai dengan fokus penelitian dan beberapa informasi-informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan kondisi lokasi penelitian
Adapun data yang akan digali dengan metode wawancara adalah: (a) respon siswa kelas VI mi mambaul khair nw bertais dengan di terapkan dengan diterapkannya model pembeajaran kooperatif (tipe jigsaw); (b) sejarah berdiri dan berkembangnya MI Mambaul Khair NW Bertais, serta data keadaan sarana prasarananya; dan (c) struktur organisasi, data keadaan staf, dan keadaan siswa MI Mambaul Khair NW Bertais.

E.     Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015 pada semester ganjil dengan subjek penelitian siswa kelas VI dengan jumlah siswa 17 orang siswa. Dan objek dari penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek)  Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI Mambaul Khair Nw Bertais  Tahun Pelajaran 2014/2015

F.     Cara Pengamatan (Monitoring)
Ketika penelitian dilakukan guru akan langsung menjadi peneliti sedangkan guru yang lain akan berperan sebagai observer. Jumlah observer direncanakan sebanyak 3 orang, satu diantaranya akan mengamati peneliti yang mengajar dan dua diantaranya akan mengamati siswa. Sesuai dengan jumlah siswa yang ada di lokasi penelitian yaitu sebanyak 17 orang maka masing-masing observer ada yang akan mengamati 9 orang dan ada yang akan mengamati 8 orang. Jadi, pengamatan dilakukan secara langsung oleh 3 orang guru yang lain. Terkait dengan penelitian ini, yang akan diamati oleh observer adalah penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dan aktivitas belajar mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak, dan bebek) di kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015.

G.    Analisis Data dan Refleksi
1)      Analisis Data
Arikunto menjelaskan analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data-data ke dalam pola, kategori dan satuan dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana yang disarankan oleh data-data.[12] Data yang akan dianalisis oleh peneliti terdiri dari:
a.       Keterlaksanaan RPP
Data hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan rumus persentase berikut:
 keterlaksanaan RPP %
Keterangan :
X = jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana.
Y = total langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan.[13]
Intensitas persentase keterlaksanaan pembelajaranakan dicocokkan dengan kriteria yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Pencapaian Tujuan Pembelajaran[14]
Interval
Kategori
80% - 100%
Sangat Baik
60% - 79%
Baik
40% - 59%
Cukup baik
20% - 39%
Kurang baik
<  20%
Tidak baik

b.   Data Hasil Belajar
a)         Penentuan nilai akhir hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa akan menggunakan rumus di bawah ini:
NA =  Sp   x 100 %
          Sm
Keterangan:
NA   =   Nilai akhir
Sp   =   Skor perolehan
Sm  =   Skor maksimal.[15]
Setiap siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh MI Mambaul Khair NW Bertais.
b)         Penentuan nilai rata-rata kelas akan menggunakan rumus berikut:
NR   =              NA x 100 %
                                    SN
Keterangan :
NR   =   Nilai rata-rata.
NA =   Nilai akhir.
SN   =   Jumlah siswa.[16]
c)    Ketuntasan klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal  ≥ 80%   dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM . [17]
Keterangan  :
KK = ketuntasan klasikal
n1 = jumlah siswa yang mendapat nilai berdasarkan KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes

Secara keseluruhan, penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik silkus I dan siklus II. Peningkatan ini disertai dengan terpenuhinya kriteria yang telah ditetapkan.

2)        Refleksi
Refleksi pada tahap ini akan digunakan sebagai proses menganalisis data penelitian secara keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2. Dalam tahap ini peneliti akan mengetahui progress penelitian  dari semua siklus yang sudah dilakukan, karena dalam tahap ini peneliti akan membandingkan data antara data siklus 1 dengan data siklus 2. Dari proses tersebut akan peneliti akan dapat mengahasilkan kesimpulan akhir dari penelitian yang akan peneliti lakukan.     


[1] Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: IAIN Mataram) hal. 5
[2] Tim Dosen PGMI, Modul  Penelitian Tindakan Kelas (Mataram: 2011),h. 23.
[3]  Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: IAIN Mataram) hal. 5
[4] Tim Dosen PGMI, h. 41.
[5] Arikunto, Suharsimi. 2010.  Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta), h. 136.
[6]   Mahmud. 2011.  Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia),  hal. 203
[7]Sukmadinata, Nana Saudih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan.  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 220
[8] Ibid., h.185.
[9] Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. hal. 206
                [10]  Nasution, S. 2004. Metode Research (Peneltian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara. hlm. 113
[11]  Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. hal. 73–74
[12] Arikunto, Suharsimi. Op.cit.  hal. 103
[13] Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). hal. 102
[14] Ibid.
[15] BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. (Jakarta: Depdiknas). hal. 25
[16] Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Sinar Baru Algensindo). hal. 125
[17] Tim Pengembang Kurikulum,  Panduan teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta: Australia Indonesia Partnership, 2009), h. 46.


[1] Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Adab & Akhlak Penuntut Ilmu, (Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2010) h. 3
[2] Kementerian Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran dan Terjemahan. (Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), h. 793.
[3] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana,2010) h,16.
[4]Sudjana Nana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Sinar Baru Algesindo,1989),h. 5
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya(Jakarta:Rineka Cipta,2003),h.2
[6] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung:Alfabeta,2010) h. 13
[7] Purwanto, Evaluasi Hasil belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h. 44.
[8] Warni Djuwita, Evaluasi Pembelajaran (NTB: Elhakam Press Lombok, 2012), h. 50.

[9] Ibid, h. 54.

[10]Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta : Rhineka Cipta, 1995), h.56.
[11]Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran ( Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub. 2000), h.25
[12] Ibid,. h.24.
[13]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada: 2003), h.151.
[14]Sunarto, “Pengertian Prestasi   Belajar” dalam  http :// sunartombs.wordpress.com dikutip tanggal 16 Agustus 2014,  pukul 09.00 WITA
[15] Heri Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 3
[16] http://willyfandri.wordpress.com, diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.13 WITA
[17] http://m.kidnesia.com/ diambil tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.23 WITA
[18] Ibid
[19] Ibid
[21] Rahmah, “Ciri Khusus Pada Kelelawar” dalam http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/07/ciri-khusus-pada-kelelawar.html, diambil tanggal 16 Agustus 2014, pukul 12.13 WITA.
[22] Pak Guru, “Ciri Khusus Cecak” dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam. blogspot.com/2014/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil tanggal 16 Agustus 2014, Pukul 12.56 WITA
[23] Sulityanto, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, h. 5
[24] Isjoni, h. 14
[25] Ibid, 45
[26] Ibid, h. 33
[27] Ahmad Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan.html#ixzz3AgnlllEC, diambil 17 Agustus 2014, Pukul 6.10 WITA.

[1] http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil tanggal 18 Agustus 2014,  pukul 23.03.
[2] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 15.
[3] MI Mambaul Khair NW Bertais, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Mataram :2009) h.16
[4] Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.20
[5] Ibid, h. 77
[6] Arsip Nilai KD1 Semeseter I MI Mambaul Khair NW Bertais, Dokumentasi, Tanggal 16 Agustus 2014

1 komentar:

  1. Hard Rock Casino Lake Tahoe - Mapyro
    Hard 인천광역 출장마사지 Rock Lake 삼척 출장안마 Tahoe. North of Stateline, NV. 대전광역 출장안마 Map: Hard Rock Hotel & Casino Lake Tahoe 문경 출장마사지 in Stateline, 용인 출장안마 NV.

    BalasHapus