PROPOSAL
PENELITIAN
PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI CIRI KHUSUS YANG
DIMILIKI HEWAN (KELELAWAR, CECAK DAN BEBEK)
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (TIPE JIGSAW)
DI
MI MAMBAUL KHAIR NW BERTAIS
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Oleh
H U L A I M I
NIM: 15.1.13.11.0.032
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI MATARAM (IAIN)
MATARAM
2014
DAFTAR ISI
Halaman sampul ....................................................................................................... i
Halaman judul.......................................................................................................... ii
Persetujuan pembimbing......................................................................................... iii
Daftar isi................................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.
Sasaran Tindakan ............................................................................................. 7
C.
Rumusan Masalah............................................................................................. 7
D.
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
E.
Manfaat Penelitian............................................................................................ 7
1.
Secara Teoritis ........................................................................................... 8
2.
Secara Praktis ............................................................................................ 8
BAB III. KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Belajar dan Prestasi Hasil Belajar ................................................... 9
1.
Pengertian Belajar ....................................................................................... 9
2.
Pengertian Hasil Belajar ............................................................................ 11
3.
Macam-macam Hasil Belajar...................................................................... 12
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ..................................... 17
B. Ciri-ciri Khusus
Mahkluk Hidup ...................................................................... 23
1.
Kelelawar.................................................................................................... 23
2.
Cecak........................................................................................................... 27
3.
Bebek ......................................................................................................... 30
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.................................................... 32
1.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw........................... 32
2.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
............... 34
3.
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw 35
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 36
A.
Setting Penelitian ............................................................................................ 36
B.
Sasaran Penelitian ........................................................................................... 37
C.
Rencana Tindakan ........................................................................................... 38
D.
Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya ...................................................... 43
E.
Pelaksanaan Tindakan ..................................................................................... 47
F.
Cara Pengamatan............................................................................................. 48
G.
Analisis Data dan Refleksi .............................................................................. 48
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu dan kemajuan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas
agar mampu bersaing dengan bangsa lain. Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia merupakan tujuan setiap bangsa dalam menghadapi tantangan kemajuan
zaman. Peningkatan mutu pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat
penting kaitannya dengan upaya meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan
merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi
satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi, bergantung, dan berguna
untuk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak
didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan
tersebut akan terimplementasikan dalam proses pembelajaran, yaitu aktivitas
belajar mengajar. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam dirinya telah
terjadi perubahan perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Madrasah
ibtidaiyah/sekolah dasar sebagai tahapan pertama pendidikan,
seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 menyatakan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.[1]
Berdasarkan hal di atas madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar harus memberikan bekal
kemampuan dan keterampilan dasar strategis sejak kelas-kelas awal. Upaya meningkatkan
mutu pendidikan dasar ini tidak dapat ditunda-tunda lagi terutama dalam
peningkatan mutu proses pembelajaran pendidikan dasar di era globalisasi. Hal
ini sesuai dengan fungsi pendidikan dasar yang tidak lagi semata-mata berfungsi
sebagai sarana sosialisasi anak didik, melainkan sejak dini sudah harus
menumbuhkan secara potensial menusia Indonesia yang kelak mampu menjadi agen
pembaharuan. Fungsi pendidikan dasar tidak semata-mata menjadikan keluarannya
melek huruf dalam arti melek teknologi dan melek pikir.
Sesuai
dengan tujuan pendidikan, maka tujuan pembelajaran di sekolah dasar
menginginkan agar siswanya memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta
sikap dan nilai yang sesuai dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh mencakup
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut guru
perlu memahami tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Amstrong dalam Sudjana
dinyatakan bahwa guru mempunyai lima tanggung jawab, yaitu: 1) dalam proses
pembelajaran, 2) dalam memberikan bimbingan siswa, 3) dalam mengembangkan
kurikulum, 4) dalam mengembangkan profesi, dan 5) membina hubungan dengan
masyarakat[2].
Mata
Pelajaran IPA di MI merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada MI, dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.[3]
Guru
seharusnya bisa menumbuhkan semangat untuk belajar didalam kelas. Terjadinya
komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input sekolah yang berupa guru, siswa,
kurikulum, uang, peralatan dan hal-hal lainnya dapat dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable
learning), mampu mendorong motivasi berprestasi, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.
Proses
pembelajaran IPA yang diterapkan di madrasah ibtidaiyah siswa cenderung hanya
mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa
menjadi malas dan bosan. Kondisi yang demikian membosankan dalam diri siswa
pada akhirnya akan menyebabkan motivasi belajar rendah yang berujung kepada
hasil belajar yang rendah. Untuk menciptakan suasana agar siswa lebih aktif
belajar diperlukan kemauan dan kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang
tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi
pengajaran yang diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar.
Selain itu diupayakan suatu model yang mengarah pada pengembangan berfikir
logis, sikap yang kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan.
Mendesain
kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan
efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan model pembelajaran yang tepat
dan pengorganisasian materi yang tepat. Model pembelajaran hendaknya berprinsip pada belajar aktif, sehingga dalam proses belajar dan
perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada siswa yang belajar. Oleh karena itu guru harus dapat
menggunakan berbagai macam model dan pengorganisasian materi dengan tepat. Model
pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif. Isjoni menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif
mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan.[4]
Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam model salah satunya adalah model
jigsaw.
Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal.[5]
Pembelajaran tipe jigsaw dikembangkan untuk memberikan satu cara untuk membuat
kelas sebagai suatu komunitas belajar yang saling menghargai terhadap kemampuan
masing-masing siswa. Disamping itu pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw merupakan model yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan berkomunikasi, mengatur waktu, meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.
Sejalan
dengan itu pendekatan Jigsaw di madrasah ibtidaiyah kiranya merupakan
alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan
kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar/kompetensi belajar merupakan hasil
dari suatu usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan
sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari. Hasil belajar dalam proses
belajar dan pembelajaran dapat dipandang sebagai barometer keberhasilan siswa
dalam mengikuti pelajaran tertentu maupun sebagai ukuran keberhasilan guru
dalam melaksanakan proses belajar pembelajaran. Hasil belajar meliputi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jika dilihat dari nilai hasil
belajar yang diperoleh untuk kompetensi dasar ciri khusus makhluk hidup pada
Tahun 2013/2014 yang lalu ketuntasan hasil belajar kelas VI baru 30% dari
jumlah siswa. Lebih jelasnya bisa di lihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Nilai IPA Kelas VI MI Mambaul Khair NW
Bertais untuk KD 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup Tahun Pelajaran 2013/2014[6]
No
|
Nama
|
KKM
|
NILAI KOMPETENSI DASAR 1
|
||||
Tugas
|
Ulang-an
|
Nilai KD
|
Ketuntas- an
|
Tindak Lanjut
|
|||
1
|
Anisa
|
70
|
60
|
80
|
70
|
Tuntas
|
Pengayaan
|
2
|
Bustomi
|
70
|
57
|
60
|
58.5
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
3
|
Hadid
Karim
|
70
|
60
|
70
|
65
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
4
|
Haerul
Wardi
|
70
|
60
|
70
|
65
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
5
|
Hendri
Kuswara
|
70
|
65
|
80
|
72.5
|
Tuntas
|
Pengayaan
|
6
|
Ihsan
Nurdin
|
70
|
65
|
70
|
67.5
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
7
|
Mahdan
Hawari
|
70
|
55
|
70
|
62.5
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
8
|
Masyittoh
Syahda F.S
|
70
|
70
|
80
|
75
|
Tuntas
|
Pengayaan
|
9
|
Suni
Hartati
|
70
|
60
|
70
|
65
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
10
|
Muhamad
Fazri
|
70
|
50
|
60
|
55
|
Belum
Tuntas
|
Perbaikan
|
|
Jumlah
yang tuntas
|
3
|
|
||||
|
Jumlah
yang belum tuntas
|
7
|
|
||||
|
Persentase
Ketuntatasan
|
30%
|
|
Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa
ketuntasan secara klasikal masih rendah yaitu mencapai 30% dari dari KKM yang
telah di tentukan yaitu 70 untuk KD. Ciri khusus makhluk hidup. Berdasarkan realita ini, peneliti memandang
masalah ini perlu diselesaikan.
Dengan harapan melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil
belajar siswa kelas VI
pada mata pelajaran IPA di MI Mambaul
Khair NW Bertais dapat meningkat. Dalam hal
ini peneliti merasa perlu untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian tindakan
kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI pada
Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak dan
Bebek) Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif (Tipe Jigsaw) di MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015".
B. Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais yang berjumlah 17 orang dengan perincian siswa perempuan sebanyak 9 orang dan Siswa laki-laki sebanyak 8 orang.
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di
atas, penulis dapat merumuskan masalah berupa “penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada
mata pelajaran IPA materi ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cecak dan
bebek) di Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI pada mata pelajaran IPA di Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran
2014/2015 melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas
manfaat teoritis dan manfaat praktis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat penelitian
ini terdiri atas manfaat bagi siswa, guru dan madrasah. Untuk lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
motivasi belajar sehingga pada ahkhirya akan meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran yang dilakukan, kreatifitas, inovasi, dan profesional di
bidangnya.
c. Bagi Madrasah, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk
mengembangkan strategi pembelajaran di
Madrasah yang lebih baik.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan
Prestasi Hasil Belajar
1.
Pengertian Belajar
Rasulullah
SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”[1].
Hadis tentang belajar dan yang terkait
dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam
Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan
mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia
dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar
pula manusia mampu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa
teknologi.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki
arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas
dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan
sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan akalnya, anugerah
Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. hingga dalam al-Qur’an
surat Al-Mujadallah ayat 11
dinyatakan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana
firman-Nya:
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz .
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[2]
Belajar secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakterstik seseorang sejak lahir.
Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum
lahir.[3]
Belajar adalah suatu yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang [4].
Menurut Slameto yang dikatakan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[5]
Perubahan dalam belajar bisa berbentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, atau apresiasi
(penerimaan atau pengahargaan). Perubahan tersebut bisa meliputi keadaan
dirinya, pengetahuannya, atau perbuatannya.
Menurut Gagne belajar adalah sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Sedangkan menurut Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses
yang berlangsung dalam jangka panjang waktu lama melalui latihan maupun
pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi
terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester mengemukakan bahwa belajar
ialah upaya memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap,
belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi
yang telah dipelajarinya.[6]
Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkat kemampuan pada diri
individu yang belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
berlangsung relatif lama dan mempunyai tujuan yang terarah atau teratur
berlangsung terus menerus dan senantiasa bertambah. Belajar mempunyai tujuan
agar memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga semakin
banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik perubahan tingkah laku yang
diperoleh.
2. Pengertian Hasil
Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata
yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel). Aspek perubahan itu mengacu
pada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel).[7]
Jadi, hasil belajar merupakan perubahan pemahaman,
pengetahuan dan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Macam-macam Hasil
Belajar
Pada umumnya hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
psikomotor. Secara ekplesit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanan
selalu berbeda. Mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah
psikomotor,sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah
kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektf.
Menurut Bloom dalam Sudjana
dikatakan bahwa secara garis besar karakteristik hasil belajar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni : Ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.[8]
a.
Domain
Kognitif (Cognitive Domain)
Domain
ini berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual
lebih sederhana, yakni mengingat sampai kepada kemampuan memecahkan masalah
yang menurut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur
yang sebelumnya dipelajari. Aspek kognitif terdiri dari enam tingakatan dengan
aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge),
pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi
yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving
dan lain sebagainya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension),
pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk
menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali
yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
3) Tingkat penerapan (application),
penerapan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi
yang telah
dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis
merupakan kemampuan mengidentifikasikan,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesa
atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat
ada atau tidaknya kontradiksi.
5) Tingkat sintesis (syntesis),
sintesis merupakan kemampuan
seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang
ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation),
evaluasi merupakan level tertinggi
yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai
suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
b.
Domain
Afektif
Domain
afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah
dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima,
kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk
nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang
kemampuan yaitu :
1) Receiving/attending,
yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang
datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Kata kerja
operasioanl yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih,
menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
2) Responding
atau jawaban, yaitu jenjang kemampuan yang menurut siswa yang tidak hanya peka
pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi. Penekanannya terletak pada kemauan
siswa untuk menjawab secara suka rela, menjawab tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang digunakan
diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, member nama, menunjukkan,
mempraktekkan, melaporkan, menuliskan, memberitahu.
3) Valuing
(penilaian) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menilai suatu
objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja
operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk,
mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.
4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah
dan membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang digunakan
diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, memodifikasi.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi
nilai, yaitu menggunakan nilai yang sudah diyakini sebagai pandangan hidup (worldview)
dan mempertahankan nilai yang sudah ada.
c.
Domain
Psikomotoris
Domain psikomotirs yaitu
kemampuan siswa yang berkaitan dengan gerakan tubuh dan bagian-bagianny, mulai
dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja
operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan
masing-masing, yaitu :
1) Muscular or motor skill,
yang meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat,
menampilkan, menggerakkan.
2) Manipulatioan of material or objects,
yang meliputi : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,
membentuk.
3) Neuromuscular coordination,
yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memasang,
menarik, memotong dan menggunakan.
Selanjutnya Yamin dalam Djuwita
mengklasifikasikan domain psikomotor menjadi
empat kelompok sebagai berikut : [9]
Gerakan seluruh badan (gross
body movement), yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang
memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh. Contoh : senam mengikuti irama musik.
a) Gerakan yang terkoordinasi (coordination
movements), ialah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi
salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan. Contoh :
menyetir, berenang.
b) Komunikasi nonverbal (nonverbal
communication), yaitu hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi yang
menggunakan symbol-simbol atau isyarat (anggukan kepala, ekspresi wajah).
Contoh : mengirim kode-kode dengan jari tangan.
c) Kebolehan dalam berbicara (speech
behavior), ialah kemampuan berbicara yang berhubungan dengan koordinasi
gerakan tangan atau anggota badan lainnya termasuk ekspresi muka. Misalnya :
membaca deklamasi atau sajak.
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Mencapai prestasi
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang
terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak
antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1)
Faktor Intern
Faktor intern adalah
faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat
digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat
dan motivasi.
(a)
Kecerdasan/intelegensi
Camplin memberikan pengertian intelegensi adalah
kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.[10]
Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai intelegensi rendah.
(b)
Bakat
Faktor psikilogis lain yang mempengaruhi proses
belajar adalah bakat.secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang, berkaitan dengan belajar, bakat didefinisikan sebagai kemampuan
umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam
proses belajar seseorang.[11]
(c)
Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[12] Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar
yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang
diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
(d) Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.[13]
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus
berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa
kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan
timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar
dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2)
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan
ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
Menurut Slameto faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan
sekolah dan lingkungan masyarakat.[14]
(a) Keadaan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan
utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi
bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan
dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman
merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk
belajar.
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan
kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha
meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di
rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak
dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan
yang baik untuk belajar.
(b) Keadaan Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik
dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono mengemukakan guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang
tepat dalam mengajar.
Oleh
sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan,
dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
(c)
Lingkungan Masyarakat
Di
samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam
hal ini Kartono berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran
belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya
merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk
mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan
kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat
terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan
membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh
karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan
temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa
pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
B. Ciri-ciri Khusus Makhluk
Hidup
1.
Kelelawar
Kelelawar banyak dijumpai di gua yang
sangat gelap. Untuk dapat terbang dengan arah yang benar, kelelawar menggunakan
sistem sonar. Kelelawar mengeluarkan bunyi dengan frekuensi yang tinggi
(bunyi ultrasonik) sebanyak mungkin.
Kemudian, ia mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan indra pendengarannya.
Dengan cara itu, kelelawar dapat mengetahui letak suatu benda dengan tepat,
sehingga kelelawar mampu terbang dalam keadaan gelap tanpa menabrak benda-benda
di sekitarnya.
Kemampuan kelelawar mengetahui
lingkungan sekitarnya dengan menggunakan sistem sonar dikenal dengan istilah ekolokasi.
Ciri khusus lain dari kelelawar adalah kemampuan terbangnya. Hewan mamalia ini
dapat terbang karena memiliki selaput kulit yang tipis terdapat di antara
tulang lengannya. Ciri lain yang dimiliki hewan ini, yaitu posisi tidur pada
siang hari dengan cara menggantung dan posisi badan yang terbalik.[15]
Dilihat dari
makanannya terdapat beberapa jenis kelelawar antara lain :
1. Kelelawar pemakan buah
Gambar 2.1.
Kelelawar Pemakan Buah.[16]
2. Kelelawar pemakan serangga
Gambar 2.2.
Kelelawar Pemakan Serangga.[17]
3. Kelelawar penghisap darah
Gambar 2.3.
Kelelawar Penghisap Darah.[18]
Adapun Ciri
khusus yang dimiliki kelelawar adalah :
1. Memiliki
kemampuan ekolokasi yaitu mampu menggunakan gelombang bunyi (sonar) untuk
mendeteksi keadaan disekitarnya.
Gambar 2.4.
Animasi Penggunaan System Sonar.[19]
2. Ciri
lain tentang kelelawar :
a) Kelelawar
termasuk hewan jenis mamalia yang dapat terbang
b) Kelelawar
mencari makan pada malam hari dan tidur pada siang hari dengan posisi kepala di
bawah
Gambar 2.5. Kelelawar
Tidur di Siang Hari.[20]
c) Kelelawar
memiliki indra pembau dan pendengaran yang tajam
d) Kelelawar
mampu mengeluarkan bunyi dengan frekuensi tinggi (bunyi utrasonik).[21]
2.
Cecak
Cecak adalah
hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cicak berwarna abu-abu,
tetapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Cicak biasanya berukuran
sekitar 10 centimeter. Cicak bersama dengan tokek dan sebangsanya tergolong ke
dalam suku Gekkonidae.
Gambar 2.6. Cecak.
Cecak
termasuk hewan melata. Cicak dapat merayap di dinding tanpa terpeleset. Hal ini
karena cicak memiliki ciri khusus. Apa ciri khusus cicak? Berikut ini beberapa
ciri-ciri khusus cicak:
1.
Cicak memiliki telapak kaki dengan
sistem perekat. Sistem perekat ini dibangun oleh telapak kaki yang beralur
pararel. Dengan alur yang dimiliki, memungkinkan cicak dapat menempelkan
kakinya di dinding dan berjalan tanpa terpeleset.
Gambar 2.7. Bentuk
Kaki Cecak.
2.
Ciri khusus cicak yang lain adalah
kemampuan memutuskan ekornya. Hal ini dilakukan cicak untuk melindungi diri
dari musuhnya. Cicak akan memutuskan ekor, kemudian ekor tersebut akan
bergerak-gerak untuk mengalihkan perhatian musuh. Sementara itu, cicak dengan
ekor yang putus akan leluasa untuk meloloskan diri.
Gambar 2.8. Cecak
Memutuskan Ekornya.
3.
Ciri khusus lainya pada hewan cicak
adalah untuk memperoleh makanan, cicak memiliki lidah yang panjang dan lengket.
Bentuk lidah ini digunakan untuk menangkap mangsa berupa serangga yang terbang.
Gambar 2.9. Cecak
Memutuskan Menangkap Mangsa.
Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup
di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada
tempat-tempat teduh.
Berikut ini 4 jenis cicak, yaitu:
1.
Cecak tembok yang memiliki bahasa
latin Cosymbotus platyurus, yaitu cicak yang kerap ditemui di
tembok-tembok rumah dan sela-sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor
lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi
bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di
belakang kaki.
2.
Cecak kayu yang memiliki bahasa
latin Hemidactylus frenatus, yaitu cicak yang bertubuh lebih kurus.
Ekornya bulat, dengan enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang
dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di
halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap. Terkadang
didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya
kalah bersaing dalam memperoleh makanan.
3.
Cecak gula atau nama latinnya Gehyra
mutilata, yaitu cicak yang memiliki tubuh lebih kecil, dengan kepala
membulat dan warna kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di
sekitar dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari butir-butir nasi atau gula
yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita.
4.
Cecak batu memiliki nama latin Cyrtodactylus
marmoratus.[22]
4.
Bebek
Hewan ini memiliki berbagai ciri khusus
yang disesuaikan dengan tempat tinggalnya. Bebek hidup di darat, namun untuk
mencari makan, bebek biasanya berada di air. Adapun ciri khusus yang dimiliki
bebek untuk mencari makan berupa paruh yang agak panjang dan lebar pada bagian
ujungnya.
Gambar 2.10.
Bebek.
Bebek mencari makan di air, baik kolam
atau danau yang dangkal. Agar tubuhnya tidak basah jika terkena air, bulu bebek
dilapisi oleh minyak. Dengan demikian, pada saat bebek sampai di darat ia hanya
tinggal mengibas-ngibaskan badannya dan air yang menempel di tubuhnya keluar.
Jika bulu tubuhnya tidak dilapisi oleh minyak, air yang menempel akan terus
menyerap ke dalam bulu tubuh bebek.
Gambar 2.11.
Bentuk Kaki Bebek Yang Berselaput.
Selain lapisan minyak pada tubuh bebek,
hewan ini mempunyai ciri khusus berupa kaki yang berselaput di antara jari
kakinya. Jika kita perhatikan, bebek dapat berenang di air karena kakinya
memiliki semacam selaput renang.[23]
5. Pengertian Pembelajaran
Kooperatif ( Tipe Jigsaw )
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw)
Menurut
Isjoni,[24]
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dimana model pembelajaran ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
guru dalam mengaktifkan siswa, yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada yang lain.
Sebagai
model pembelajaran sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran kooperatif
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Davidson dan
Warsham (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama
untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok. Karena itu, pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial. [25]
Tiga
konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (1995) dalam Isjoni[26],
yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang
sama untuk berhasil.
Pembelajaran
kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Jadi, pembelajaran model
kooperatif tipe jigsaw itu sendiri merupakan model yang menerapkan metode
diskusi dalam dua tahap. Diskusi tahap pertama, siswa dibentuk kelompok sesuai
dengan karakteristik materi. Kelompok
ini disebut kelompok asal yang pada awalnya masing-masing anggota kelompoknya
bekerja secara individual sesuai tugas yang diberikan. Diskusi kedua dibentuk
kelompok ahli. Setiap siswa dari kelompok asal yang membahas materi yang sama
berkumpul dalam satu kelompok untuk merumuskan materi yang ditugaskan. Kelompok
ahli bertugas memberi penjelasan pada kelompok asal.
2. Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai
berikut :
1.
Siswa
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok = 4 orang anggota tim.
2.
Tiap
orang dalam tim diberi bagian/tugas untuk mengerjakan materi yang berbeda.
3.
Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4.
Anggota
dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab (materi) yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
(materi) mereka.
5.
Setelah
selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab/materi yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.
Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.
Guru
memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).
8.
Penutup.
Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana
belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek
pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.
Sedangkan guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
3. Kelabihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw
1.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw
1. Mendorong
siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab
terhadap proses belajar yang dilakukannya.
2. Mendorong
siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
3. Memberi
kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki
untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
belajar yang telah dibentuk oleh guru.
4. Diskusi
tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk
menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
2.
Kekurangan
1. Proses
belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang
lain.
2. Bagi
guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.[27]
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
Berdasarkan penjelasan di buku pedoman penyusunan
skripsi dikemukakan bahwa bagian setting penelitian menjelaskan tentang lokasi
penelitian dan gambaran kelompok siswa atau subyek yang akan dikenai tindakan.[1] Terkait
dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di Mambaul Khair NW Bertais yang beralamatkan di Jl. Sandubaya No. 36
B Kelurahan Bertais Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Subyek penelitian yang
akan dikenai tindakan adalah kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 17 orang
siswa. Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 selama 2 (dua)
bulan, dari bulan Agustus sampai September tahun 2014. Yang
akan menjadi objek dari penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) untuk meningkatkan hasil belajar
mata pelajaran IPA untuk materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan
bebek).
Penentuan
lokasi penelitian tersebut berangkat
dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal bulan juni 2014 (penjelasan terkait hal tertera
di Bab I bagian latar belakang). Sesuai dengan masalah yang ditemukan dari
studi pendahuluan tersebut dan penjelasan pada paragraph di atas, penelitian
ini mengambil judul “Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang
Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan Bebek)
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI
Mambaul Khair Nw Bertais Tahun Pelajaran
2014/2015”.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK). Susilo mendifinisikan PTK sebagai
sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif
mandiri yang dilakukan oleh guru yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi,kompetensi atau
situasi pembelajaran. Tim Pelatih Proyek PGSM mengemukakan bahwa PTK sebagai
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektuf oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan guru dalam melaksanakan
tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran tersebut berlangsung.[2]
B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian yang dimaksud di sini adalah
perubahan apa yang diinginkan dari subjek yang akan dikenai tindakan. Sasaran
penelitian dapat juga diartikan sebagai target yang diharapkan.[3] Sesuai
dengan penjelasan di atas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI MI
Mambaul Khair NW Bertais. Nantinya, pada diri mereka diharapkan terjadi suatu
perubahan positif yaitu adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA
materi ciri khusus makhluk hidup (kelelawar, cecak dan bebek). Upaya
peningkatan hasil belajar yang dimaksud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
(tipe jigsaw).
C. Rencana Tindakan
Penelitian
ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan II. Jika siklus I tidak
tuntas, akan dilanjutkan
dengan siklus selanjutnya. Setiap
siklus terdiri atas 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Dalam
penelitian ini rencananya menggunakan prosedur yang digunakan oleh Kurt Lewin sebagaimana berikut ini.[4]
Identifikasi
Masalah
|
Perencanaan
(planning)
|
Refleksi
(reflecting)
|
Tindakan
(acting)
|
Observasi
(observing)
|
Perencanaan
ulang
|
Siklus I
|
Siklus II
|
dst
Gambar
3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin
Berdasarkan
bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus
sebagai berikut:
1.
Siklus I
a.
Perencanaan
Kegiatan
yang akan dilakukan pada tahap perencanaan ini yaitu:
1)
Mengidentifikasi masalah,
mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.
2)
Peneliti akan menjelaskan metode pembelajaran yang
akan digunakan kepada guru dan teman-teman yang berpartisipasi sebagai observer
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode dimaksud.
3)
Peneliti juga akan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materinya.
4)
Menyiapkan lembar tugas untuk kelompok inti dan
kelompok tim ahli yang akan di pakai untuk melakukan proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw)
5)
Menyusun format-format instrumen penelitian meliputi
pedoman observasi, tes hasil belajar, pedoman wawancara, serta alat atau bahan
dokumentasi yang diperlukan.
6)
Menyusun tes
formatif I.
b.
Pelaksanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif (tipe
jigsaw) sesuai dengan RPP yang telah dibuat, dengan skenario yang telah disusun
berdasarkan tahap perencanaan, serta melaksanakan observasi selama proses
pembelajaran. Setiap siklus atau satu kali pertemuan terdiri dari 4 jam
pelajaran (4x35 menit).
c.
Observasi
Observer adalah pengamat kegiatan. Yang akan
dijadikan observer dalam penelitian ini adalah rekan guru yang lain, yang mana
tugasnya adalah menilai keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti bersama observer juga akan menganalisis
hasil observasi sebelumnya. Sesuai dengan
tujuan penelitian ini, maka pengamatan akan difokuskan pada:
1. Aktivitas siswa, terdiri beberapa komponen yaitu: kehadiran siswa, keantusiasan siswa
dalam kegiatan pembelajaran, keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan,
partisipasi dalam kelompok, kemampuan siswa dalam mengemukakan
pendapat, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, dan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
2. Perfomansi guru dalam proses belajar mengajar, terdiri dari beberapa
komponen yaitu:
a.
Kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran.
1) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
2) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran, dan
sumber belajar pada model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
3) Merencanakan skenario kegiatan model pembelajaran kooperatif (tipe
jigsaw).
4) Merancang perencanaan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif (tipe
jigsaw).
5) Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian.
6) Tampilan dokumen rencana pembelajaran.
b.
Kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
(1) Kegiatan Awal; keterampilan membuka pelajaran.
(2) Kegiatan Inti Pembelajaran
a) Keterampilan mengelola ruang dan fasilitas belajar pada pelaksanaan
pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
b) Keterampilan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
c) Keterampilan mengelola interaksi kelas pada pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw).
d) Keterampilan bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan
sikap positif siswa terhadap belajar.
e) Keterampilan mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran IPA.
f) Keterampilan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar.
g) Keterampilan umum kinerja guru/calon guru.
(2) Kegiatan Penutup
a. Keterampilan mengevaluasi pembelajaran
b.
Keterampilan menutup
pembelajaran.
d.
Refleksi
Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil
pengamatan untuk menentukan intensitas keberhasilan penggunaan model
pembelajaran dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat keberhasilannya,
berikut mencari solusinya. Dalam hal ini refleksi juga bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung yang dilakukan oleh peneliti dan guru observer lainnya juga akan berperan
memberikan masukan kepada peneliti agar proses pembelajaran pada siklus
selanjutnya lebih baik lagi.
Tahap ini akan digunakan sebagai proses menganlisis acuan
bagi peneliti untuk merencanakan siklus selanjutnya. Apabila gagal, maka siklus
tersebut dilanjutkan ke siklus kedua dengan catatan kesalahan yang telah ada
harus diperbaiki pada tindakan berikutnya. Adanya penerapan dua siklus ini
bertujuan agar data yang diperoleh objektif dan dapat dipercaya.
2. Siklus II
Pada dasarnya pelaksanaan siklus I, dan II adalah
sama. Perbedaannya pada siklus II merupakan penyempurnaan pada siklus
sebelumnya berdasarkan hasil refleksi.[5]
D.
Jenis Instrumen dan
Cara Penggunaannya
Instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.[6]
Jadi instrumen adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah
pengumpulan data. Dalam penelitian ini berikut jenis instrumen yang akan digunakan:
1.
Pedoman Observasi
Observasi adalah suatu metode dalam mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap benda mati atau kegiatan/proses secara langsung.
Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,
kepala sekolah yang sedang memberikan saran, perlombaan sepak bola, keadaan
sarana prasarana sekolah, dan lain-lain.[7]
Adapun metode observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi terstruktur, yaitu jenis observasi yang sudah mempunyai
rancangan secara sistematis tentang hal-hal yang akan diamati, kapan dan di
mana tempatnya. Dengan kata lain, dalam proses pengamatan peneliti akan
menggunakan instrumen observasi yang telah teruji validitas dan reliabelitasnya.
Tentunya instrumen observasi dalam penelitian ini diorientasikan untuk menggali
data tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di Kelas VI MI Mambaul Khair NW
Bertais. Tahun Pelajaran 2014/2015 atau keterlaksanaan RPP, aktivitas belajar siswa, keadaan madrasah, baik dari segi letak geografis, keadaan
sehari-hari, maupun keadaan sarana prasarana yang dimiliki.
2.
Tes Hasil Belajar
Salah satu
tujuan dari pemberian tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar. Untuk tujuan tersebut maka instrumen atau alat ayang akan
digunakan untuk dapat mengukur intensitas peningkatan hasil belajar adalah tes kemampuan
hasil belajar. Tes kemampuan hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan
yang dicapai seseorang setelah melakukan proses belajar.[8] Tes hasil belajar akan diberikan sebelum dan
setelah siswa mempelajari materi dalam setiap siklusnya melalui pembelajaran
kooperatif (tipe jigsaw).
3.
Pedoman Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah salah satu metode pendukung dalam penelitian kualitatif di mana peneliti
berusaha mendapatkan data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.[9]
Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan metode dokumentasi
dalam penelitian adalah metode dalam pengumpulan data yang data-datanya
didapatkan dari keterangan atau catatan penting yang berupa tulisan atau
dokumen.
Dibandingkan dengan
metode lainnya, maka metode ini tidak terlalu sulit, dalam arti apabila ada
kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dalam proses dokumentasi,
peneliti akan menggunakan instrumen dokumentasi yang di dalamnya terdapat
hal-hal yang akan didokumentasi. Instrumen dokumentasi berguna sebagai pedoman
bagi peneliti dalam melakukan dokumentasi agar tidak ada hal yang terlupakan
untuk didokumentasikan. Setiap hal yang sudah didokumentasi diberi check
list, agar informasi yang ingin peneliti dokumentasikan tidak ada yang
terlupakan.
Penggunaan metode
dokumentasi untuk memperoleh data yang belum diperoleh melalui wawancara dan
observasi. Adapun data-data yang akan didokumentasikan terkait dengan
penelitian ini adalah proses penerapan model
pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) di kelas VI MI Mambaul Khair NW
Bertais,
keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, dan informasi-informasi
lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.
Pedoman Wawancara
Secara umum wawancara dapat diartikan sebagai proses dialogis atau
tukar menukar informasi antara dua atau lebih yang dilakukan secara langsung
(tatap muka) dan membicarakan satu topik atau lebih dengan atau tanpa tujuan
tertentu. Namun dalam konteks penelitian ilmiah, wawancara merupakan salah satu
teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis untuk tujuan
penelitian yang dilakukan secara lisan (interaksi tanya-jawab), bertemu
langsung dan bersifat dialogis antara dua orang atau lebih, yaitu pewawancara
dan yang diwawancarai, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik.[10]
Dilihat dari variannya wawancara dapat dibedakan menjadi beberapa
varian, misalnya wawancara terstruktur, wawancara semi tersetruktur (wawancara
menggunakan petunjuk umum wawancara), wawancara tidak berstruktur. Khusus dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan wawancara yang tidak
berstruktur (wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara). Jenis
wawancara ini adalah wawancara yang bebas, di mana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.[11] Dalam hal ini, pedoman
wawancara berisi informasi-informasi yang sesuai dengan fokus penelitian dan
beberapa informasi-informasi pendukung lainnya yang berkaitan dengan kondisi
lokasi penelitian
Adapun data yang akan digali dengan metode wawancara adalah: (a) respon
siswa kelas VI mi mambaul khair nw bertais dengan di terapkan dengan
diterapkannya model pembeajaran kooperatif (tipe jigsaw);
(b) sejarah
berdiri dan berkembangnya MI Mambaul Khair NW
Bertais, serta
data keadaan sarana prasarananya; dan (c) struktur organisasi, data keadaan
staf, dan keadaan siswa MI Mambaul Khair NW Bertais.
E.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan
dalam penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas VI MI Mambaul
Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015
pada semester ganjil dengan subjek penelitian siswa kelas VI dengan jumlah
siswa 17 orang siswa. Dan objek dari penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata
Pelajaran IPA Materi Ciri Khusus Yang Dimiliki Hewan (Kelelawar, Cecak Dan
Bebek) Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif (Tipe Jigsaw) Di MI Mambaul Khair Nw Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015”
F.
Cara Pengamatan
(Monitoring)
Ketika penelitian
dilakukan guru akan langsung menjadi peneliti sedangkan guru yang lain akan
berperan sebagai observer. Jumlah observer direncanakan sebanyak 3 orang, satu
diantaranya akan mengamati peneliti yang mengajar dan dua diantaranya akan
mengamati siswa. Sesuai dengan jumlah siswa yang ada di lokasi penelitian yaitu
sebanyak 17 orang maka masing-masing observer ada yang akan mengamati 9 orang
dan ada yang akan mengamati 8 orang. Jadi, pengamatan dilakukan secara langsung
oleh 3 orang guru yang lain. Terkait dengan penelitian ini, yang akan diamati
oleh observer adalah penerapan model pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) dan
aktivitas belajar mata pelajaran IPA materi ciri khusus makhluk hidup
(kelelawar, cecak, dan bebek) di kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais Tahun Pelajaran 2014/2015.
G.
Analisis Data dan
Refleksi
1)
Analisis Data
Arikunto menjelaskan analisis data merupakan proses
pengorganisasian dan mengurutkan data-data ke dalam pola, kategori dan satuan
dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
sebagaimana yang disarankan oleh data-data.[12]
Data yang akan dianalisis oleh peneliti terdiri dari:
a. Keterlaksanaan
RPP
Data
hasil observasi tentang keterlaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini akan
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase berikut:
keterlaksanaan
RPP
%
Keterangan
:
X =
jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana.
Y = total
langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan.[13]
Intensitas
persentase keterlaksanaan pembelajaranakan dicocokkan dengan kriteria yang
terlihat pada tabel berikut:
Interval
|
Kategori
|
80% - 100%
|
Sangat Baik
|
60% - 79%
|
Baik
|
40% - 59%
|
Cukup baik
|
20% - 39%
|
Kurang baik
|
< 20%
|
Tidak baik
|
b. Data Hasil
Belajar
a)
Penentuan nilai akhir
hasil belajar yang diperolah masing-masing siswa akan menggunakan rumus di
bawah ini:
NA = Sp x
100 %
Sm
Sm
Keterangan:
NA = Nilai akhir
Sp = Skor perolehan
Sm
= Skor maksimal.[15]
Setiap
siswa kelas VI MI Mambaul Khair NW Bertais dalam proses belajar mengajar
dikatakan tuntas secara individu, apabila setiap siswa memperoleh nilai mata
pelajaran minimal 7,00 sesuai standar KKM kelas VI yang telah ditetapkan oleh
MI Mambaul Khair NW Bertais.
b)
Penentuan nilai rata-rata
kelas akan menggunakan rumus berikut:
NR
= NA x 100 %
SN
Keterangan
:
NR
= Nilai rata-rata.
NA =
Nilai akhir.
SN
= Jumlah siswa.[16]
c) Ketuntasan
klasikal telah dicapai apabila target pencapaian ideal ≥ 80%
dari jumlah siswa kelas V yang memperoleh nilai di atas KKM . [17]
Keterangan :
KK = ketuntasan klasikal
n1 = jumlah siswa yang
mendapat nilai berdasarkan KKM
n = jumlah siswa yang ikut tes
Secara keseluruhan, penelitian ini dikatakan
berhasil apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik silkus I dan
siklus II. Peningkatan ini disertai dengan terpenuhinya kriteria yang telah
ditetapkan.
2)
Refleksi
Refleksi
pada tahap ini akan digunakan sebagai proses menganalisis data penelitian
secara keseluruhan dari siklus 1 sampai siklus 2. Dalam tahap ini peneliti akan
mengetahui progress penelitian dari
semua siklus yang sudah dilakukan, karena dalam tahap ini peneliti akan
membandingkan data antara data siklus 1 dengan data siklus 2. Dari proses
tersebut akan peneliti akan dapat mengahasilkan kesimpulan akhir dari
penelitian yang akan peneliti lakukan.
[1] Tim Penyusun. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: IAIN Mataram) hal. 5
[2]
Tim Dosen PGMI, Modul Penelitian Tindakan Kelas (Mataram:
2011),h. 23.
[3]
Tim Penyusun. 2011. Pedoman
Penulisan Skripsi, (Mataram: IAIN
Mataram) hal. 5
[4]
Tim Dosen PGMI, h. 41.
[5] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta), h. 136.
[7]Sukmadinata, Nana
Saudih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 220
[8] Ibid., h.185.
[9] Arikunto, Suharsimi.
2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta. hal. 206
[11] Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. hal. 73–74
[12] Arikunto, Suharsimi. Op.cit. hal. 103
[13] Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). hal. 102
[14] Ibid.
[15] BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah
Dasar. (Jakarta:
Depdiknas). hal. 25
[16] Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung:
CV Sinar Baru Algensindo). hal. 125
[17]
Tim Pengembang Kurikulum, Panduan
teknis pengembangan kurikulum MI (Jakarta: Australia Indonesia Partnership,
2009), h. 46.
[2] Kementerian
Agama Direktorat Jendral Bimas Islam, Al-Quran
dan Terjemahan. (Jakarta: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), h. 793.
[4]Sudjana Nana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung:Sinar Baru Algesindo,1989),h. 5
[5] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya(Jakarta:Rineka Cipta,2003),h.2
[6] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran
(Bandung:Alfabeta,2010) h. 13
[7]
Purwanto, Evaluasi Hasil belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2013), h.
44.
[10]Slameto,
Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( Jakarta : Rhineka
Cipta, 1995), h.56.
[11]Baharudin,
Teori Belajar dan Pembelajaran ( Jogjakarta h:Ar-Ruzz Media Grub. 2000),
h.25
[12]
Ibid,. h.24.
[13]Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada: 2003),
h.151.
[14]Sunarto, “Pengertian Prestasi Belajar” dalam http :// sunartombs.wordpress.com dikutip
tanggal 16 Agustus 2014, pukul 09.00
WITA
[15] Heri
Sulityanto & Edy Wiyono, Ilmu Pengetahuan Alam Untk SD dan MI Kelas VI, (Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 3
[20] http://noonathome.wordpress.com/2008/07/11/tangan-belalai-dan-memindahkan-kebaikan/ diambil
tanggal 18 Agustus 2014, pukul 12.21 WITA
[21] Rahmah,
“Ciri Khusus Pada Kelelawar” dalam http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/07/ciri-khusus-pada-kelelawar.html, diambil
tanggal 16 Agustus 2014, pukul 12.13 WITA.
[22] Pak Guru,
“Ciri Khusus Cecak” dalam http://pelajaranilmupengetahuanalam.
blogspot.com/2014/02/ciri-ciri-khusus-cicak.html, diambil
tanggal 16 Agustus 2014, Pukul 12.56 WITA
[27] Ahmad
Budairi, Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw, dalam http://www.budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihan-dan-kekurangan.html#ixzz3AgnlllEC, diambil
17 Agustus 2014, Pukul 6.10 WITA.
[1] http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhukum/fcpt1328331919.pdf, diambil
tanggal 18 Agustus 2014, pukul 23.03.
[2] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
(Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2002), h. 15.
[4] Isjoni, Pembelajaran
Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013) h.20
[5] Ibid, h. 77
Hard Rock Casino Lake Tahoe - Mapyro
BalasHapusHard 인천광역 출장마사지 Rock Lake 삼척 출장안마 Tahoe. North of Stateline, NV. 대전광역 출장안마 Map: Hard Rock Hotel & Casino Lake Tahoe 문경 출장마사지 in Stateline, 용인 출장안마 NV.